Carilah Ilmu Dari Sekarang Sampai Selanjutnya....???

Forum Diskusi

Forum Diskusi

Senin, 15 Maret 2010

Niat dan Ihlas

Niyat: Tauhid Dan Ikhlas (1)


Ketika kita berbuat sesuatu, maka niyatkanlah bahwa apa yang kita kerjakan itu karena beribadah kepada Allah. Ketika kita bekerja mencari rizqi, maka itu adalah dalam rangka menetapi perintah Allah. Ketika kita rajin dan giat belajar maka itu juga dalam rangka menetapi perintah Allah. Bahkan juga ketika kita berdoa. maka niyatkanlah untuk beribadah, karena Allah dan RasulNya mengajarkan kepada kita untuk berdoa. Oleh karena itu, tujuan kita berbuat dan berdoa adalah menetapi ajaran, sedangkan keberhasilan kita itu ditentukan oleh Allah, oleh banyak faktor dan juga usaha kita. Dan semua itu adalah ibadah.


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)



Al-Bayyinah (98): 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.



قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (11)



Az-Zumar (39): 11. Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.



Memurnikan ketaatan kepada-Nya bermakna bahwa hanya kepada Allah semata manusia beribadah, tidak ada lainnya yang disembah. Jadi, ketika manusia beribadah atau menyembah maka itu hanya ditujukan kepada Allah saja, tidak dibarengi dengan tujuan lain. Tidak karena supaya dilihat orang. Karena Allah itu mahaesa.


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14)



Thaha (20): 14. Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (163)

Al-Baqarah (2): 163. Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.


لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (22)



Al-Anbiya' (21): 22. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.



PUNCAK NIYAT YANG IKHLAS

Puncak dari niyat yang ikhlas dalam beramal dengan kualitas tauhid yang sempurna adalah:



قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162)
لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)



Al-An'am 96): 162. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku (penyembelihan/ pengorbanan), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.


163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".



Orang mukmin yang bertauhid murni adalah apabila dalam hidup beragama, maka pendorong semua perbuatannya adalah karena Allah memerintahkannya dan Rasulullah mengajarkannya. Hatinya dipenuhi ketaatan kepada Allah dan Rasulnya serta mengalahkan hawa nafsunya. Apa yang dia kerjakan demi mencari ridla Allah, mencari kehidupan akhirat. Ketika lagi mencari rizqi maka itu diniyatkan untuk memenuhi kebutuhannya dan itu dalam rangka beribadah kepada Allah. Dalam hidup, dia lebih mementingkan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di sisi manusia. Dia berniat, dalam perkataan, dalam perbuatan dan dalam beramal semua untuk Allah. Dia menjadikan shalatnya, pengorbanannya, hidup dan matinya semua untuk Allah.


ISI TAUHID YANG IKHLAS

Sementara itu, isi dari bertauhid yang ikhlas dituntunkan oleh Allah dalam sebuah surat yang bernama Surat Al-Ikhlas (112): 1-4.



قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)





1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."





Pada intinya ikhlas itu adalah yang dikehendaki, yang ingin dicapai hanyalah keridhaan Allah (Allah senang dengan perbuatan kita). Ketika kita berbuat, mengerjakan suatu amal maka kita membersihkan diri bahwa niyat amal itu karena Allah dan demi memperoleh balasan di akhirat, tidak dikotori oleh nafsu pribadi maupun duniawi. Tidak ada nafsu dalam beramal seperti ingin terkenal, dapat uang, kedudukan, ketenaran, sanjungan, mengambil muka di hadapan orang banyak dan lain-lain.

Dengan ikhlas seperti di atas, orang bisa benar-benar menjadi hamba Allah, bukan menjadi budak dari hawa nafsunya, bukan hamba selain Allah, bukan menjadi budak orang, bukan pula menjadi budak dunia. Dengan begitu, orang bisa membebaskan diri dari segala macam bentuk perbudakan, melepaskan diri dari menyembah selain Allah, seperti menyembah kepada harta benda, kepada uang, perhiasan, penampilan, dan kedudukan.

Semua perbuatan harus pakai niyat. Niyat menjadi ukuran suatu perbuatan.
Hadis Muttafaq 'alaih (Bukhari, Nuslim)



صحيح البخاري - (ج 1 / ص 3)
1 - إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ



Rasulullah bersabda: Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niyatnya. Dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niyatnya. Barangsiapa berhijrah untuk kepentingan duniawi atau untuk mencari perempuan yang akan dikawininya, maka balasan hijrahnya sesuai dengan niyatnya. (HR Bukhari 1)



صحيح مسلم - (ج 10 / ص 14)
3530 - إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ



Hadis kedua riwayat Imam Muslim ada sedikit perbedaan yaitu ada tambahan teks:



فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ



Barangsiapa niyat hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya maka balasan hijrahnya adalah karena niyatnya berhijrah kepada Allah dan RasulNya. (HR Muslim 3530)

Jadi setiap amal perbuatan memerlukan niyat. Orang beramal atau berbuat tanpa niyat bisa merupakan kelalaian atau kesembronoan serta bisa juga yang berbuat tadi dalam keadaan limbung atau tidak sadar. Amal yang merupakan ibadah kepada Allah tanpa niyat yang ikhlas (murni) hanya ditujukan kepada Allah, apalagi kalau mengandung niyat supaya dilihat orang atau mendapat pujian orang maka itu sudah merupakan riya' (syirik kecil) dan itu juga merupakan tanda kemunafikan.



إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142)





An-Nisa' (4): 142 Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk mengerjakan shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya' kepada (supaya dilihat oleh) orang, dan mereka tidak mengingat kepada Allah kecuali sedikit saja.

Yang paling penting adalah niyat hatinya dalam berbuat.




صحيح مسلم - (ج 12 / ص 426)
4650 - …التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ …
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ





Rasulullah bersabda: ….Taqwa itu di sini sambil menunjuk ke dadanya tiga kali ……
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan bentuk tubuhmu, akan tetapi Allah melihat kepada hati kamu sambil menunjuk dengan jari-jarinya ke arah dadanya. (HR Muslim 4650)



صحيح مسلم - (ج 12 / ص 427)
4651 - إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ



Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh kamu dan harta kamu akan tetapi Allah melihat kepada hati kamu dan amal perbuatan kamu. (HR Muslim 4651).

Niyat saja (punya keinginan) berbuat baik mendapat pahala.

Hadis Ibn Majah




سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 275)
4218 - مَثَلُ هَذِهِ الْأُمَّةِ كَمَثَلِ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي حَقِّهِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يُؤْتِهِ مَالًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ هَذَا عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُمَا فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يُؤْتِهِ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي غَيْرِ حَقِّهِ وَرَجُلٌ لَمْ يُؤْتِهِ اللَّهُ عِلْمًا وَلَا مَالًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ هَذَا عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُمَا فِي الْوِزْرِ سَوَاءٌ
صحيح وضعيف سنن ابن ماجة - (ج 9 / ص 228)
تحقيق الألباني :
صحيح ، التعليق الرغيب ( 1 / 27 )



Perumpamaan umat ini ada empat macam golongan:

1. Orang yang diberi oleh Allah harta dan ilmu dan kemudian dia berbuat dengan ilmunya dalam membelanjakan hartanya.
2. Orang yang oleh Allah diberi ilmu tetapi tidak diberi harta. Kemudian dia berkata andaikata aku mempunyai seperti orang tadi, maka aku akan berbuat dengan hartaku seperti apa yang dia kerjakan. Rasulullah bersabda: Keduanya memperoleh hal yang sama dalam hal pahala.
3. Orang yang oleh Allah diberi harta tetapi tidak diberi ilmu. Kemudian menghamburkan hartanya dengan membelanjakan yang tidak semestinya.
4. Orang yang oleh Allah tidak diberi ilmu dan tidak pula diberi harta. Kemudian dia berkata andaikata aku mempunyai seperti orang tadi, maka aku akan berbuat dengan hartaku seperti apa yang dia kerjakan. Rasulullah bersabda: Keduanya menanggung hal yang sama dalam hal dosa. (HR Ibn Majah 4218) Albani: Sahih.



Memperoleh pahala meskipun tidak berbuat karena terhalang udzur.

Hadis Abu Dawud dan Bukhari

سنن أبي داود - (ج 7 / ص 25)
2147 - لَقَدْ تَرَكْتُمْ بِالْمَدِينَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ وَلَا قَطَعْتُمْ مِنْ وَادٍ إِلَّا وَهُمْ مَعَكُمْ فِيهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَكُونُونَ مَعَنَا وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ فَقَالَ حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ

Rasulullah bersabda (kepada pasukan yang ikut ke medan perang Tabuk): Kamu meninggalkan sekelompok orang di Madinah yang tidak berangkat perang sebagaimana kamu, tidak mengeluarkan nafkah (infaq) seperti kamu, tidak menyeberangi lembah seperti kamu sedangkan mereka itu bersama kamu. Mereka bertanya: Bagaimana mereka bisa bersama kami padahal mereka berada di Madinah? Beliau menjawab: Udzur menghalangi mereka. (HR Abu Dawud 2147) Albani: Sahih.


صحيح البخاري - (ج 9 / ص 431)
2627 - إِنَّ أَقْوَامًا بِالْمَدِينَةِ خَلْفَنَا مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلَا وَادِيًا إِلَّا وَهُمْ مَعَنَا فِيهِ حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ



Nabi saw di dalam peperangan bersabda: Sesungguhnya sekelompok orang berada di Madinah di belakang kita yang tidak ikut kita menyusuri gunung dan tidak pula lembah sedangkan mereka itu bersama kita, yaitu karena mereka terhalang udzur. (HR Bukhari 2627)

Niyat membunuh bisa masuk neraka.

Muttafaq 'alaih (Bukhari Muslim)

صحيح البخاري - (ج 1 / ص 54)
30 - عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ ذَهَبْتُ لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قُلْتُ أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ قَالَ ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ



Dari Al-Ahnaf ibn Qais, dia berkata: Aku keluar untuk menolong orang ini. Kebetulan Abu Bakrah bertemu saya. Dia bertanya: Mau kemana? Aku menjawab: Aku akan menolong orang ini, dia berkata: Kembalilah! Aku mendengar Raulullah bersabda: Apabila dua orang muslim berhadapan dengan kedua pedang mereka, maka si pembunuh dan yang terbunuh akan masuk neraka. Aku bertanya Ya Rasulullah, hal tersebut bagi si pembunuh, lalu bagaimana dengan yang terbunuh? Beliau menjawab: Karena urang yang terbunuh itu juga berusaha untuk membunuh temannya. (HR Bukhari 30)


صحيح مسلم - (ج 14 / ص 62)
5139 - عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ خَرَجْتُ وَأَنَا أُرِيدُ هَذَا الرَّجُلَ فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ يَا أَحْنَفُ قَالَ قُلْتُ أُرِيدُ نَصْرَ ابْنِ عَمِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي عَلِيًّا قَالَ فَقَالَ لِي يَا أَحْنَفُ ارْجِعْ فَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَوَاجَهَ الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ قَالَ فَقُلْتُ أَوْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ إِنَّهُ قَدْ أَرَادَ قَتْلَ صَاحِبِهِ

Diriwayatkan dari Al-Ahnaf ibn Qais, dia berkata: Saya pernah keluar untuk mencari orang ini (Ali r.a.) kemudian Abu Bakrah menjumpaiku: Mau kemana kamu hai Ahnaf? Saya menjawab: Aku akan membela anak paman Rasulullah (Ali r.a.). Abu Bakrah berkata kepadaku: Kembalilah hai Ahnaf, Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: Apabila dua orang muslim berhadapan dengan kedua pedang mereka, maka yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka, Saya bertanya (ditanyakan) kepada Rasulullah, orang yang membunuh memang sudah jelas, tetapi mengapa orang yang dibunuh juga masuk neraka? Rasulullah saw menjawab: Karena dia juga ingin membunuh temannya. (HR Muslim 5139)


TANDA-TANDA IKHLAS



Beramal karena ketaatan kepada perintah Allah dan RasulNya. Yang diharapkan adalah keridhaan Allah. Bersemangat bekerja untuk agama, bukan untuk uang. Amal yang tersembunyi lebih besar daripada amal yang terang-terangan. Segera beramal dan mengharapkan pahala. Bersemangat untuk menyembunyikan amal. Berbuat sebaik mungkin saat tidak dilihat orang. Memperbanyak amal salih ketika tidak dilihat orang. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar