Carilah Ilmu Dari Sekarang Sampai Selanjutnya....???

Forum Diskusi

Forum Diskusi

Senin, 15 Maret 2010

Mempersiapkan Generasi Pewaris Mujahid Dakwah

Mempersiapkan Generasi Pewaris Mujahid Dakwah


Lafal rahmat maknanya sering diulang-ulang dalam Surat Maryam ini. Nama Ar Ramhan kasih sayang Allah pun banyak disebut-sebut didalamnya. Pemandangan naim kenikmatan surgawi yang akan dijumpai orang-orang yang beriman kepada Allah dilukiskan dalam bentuk rasa kasih sayangNya. Sentuhan rahmat yang dianugrahkan kepada Zakaria sebelumnya juga dianugrahkan kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan lain-lainnya.

Kepada Nuh Allah anugrahkan ketabahan dan kegigihan berjihad, bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan Nuh nabi yang paling tabah dan tangguh dalam menyampaikan pesan-pesan Allah. Selama sembilan ratus tahun berdakwah hanya delapan orang yang menyambut panggilannya. Kaumnya tidak hanya berpaling tetapi masih disertai pula penghinaan dan tuduhan yang bukan-bukan. Ia terima itu semua dengan penuh kesabaran dan sikap yang bagus serta dengan adab yang baik dan ketrerangan yang jelas.

Ibrahim As- yang yang disebut-sebut sebagai nabi yang paling aslam dengan penyerahan jiwa raganya tunduk dan patuh kepada Tuhannya menerima resiko perjuangan dengan pembakaran dirinya, berpisah dengan keluargannya sekian lama dan pengorbanan putrannya. Allah ungkapkan dalam firmanNya (surat An-Nisa 125) “siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang mengikhlaskan penyerahan dirinya kepada Allah dan iapun mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Allah mengambilnya sebagai kekasihNya.

Sementara itu Musa A.S. mendapat gelar kalamillah tandang kegelanggang perjuangan seorang menghadapi Fir’aun Sang Tiran. Allah memberi tugas dengan berbicara secara langsung kepada salah seorang hamba pilihanNya untuk berusaha menghentikan kejahatan, mencegah kerusakan dan menghentikan tindakan-tindakan Sang Tiran yang sewenang-wenang dengan menyampaikan argumentasi kepadanya sebelum Allah menghukumnya di akhirat dan di dunia.

Nabi Zakariya A.s

Sentuhan rahmat yang dianugrahkan kepada Nabi Zakariya A.s terasa membasahi hati dan detaknya yang sangat halus kalimat-kalimatnya, ungkapan-ungkapannya dan naungan ayat-ayatNya.

Zakariya bermunajat kepada Rabbiya, jauh dari pengelihatan manusia, jauh dari pendengaran mereka. Dalam kesendiriannya itulah, ia tuluskan sepenuhnya kepada Rabbiya mengungkapkan kepadaNya apa yang memberatkan dirinya di hari tuanya, mengungkapkan dadanya yang sesak, dan menyeruNya dengan kedekatan diri dan penuh kekhusyukan.

Zakariya mengadu kepada Rabbiya disaat dirinya sudah lemah (karena lanjut usia). Ketika tulang-tulang sudah rapuh maka otomatis jasmaninya pun akan melemah. Zakariya juga mengadu kepadaNya tentang keadaan rambutnya sudah beruban.

Tulang yang telah rapuh dan rambut yang memutih keduanya sebagai kiasan tentang masa ketuaan dan kelemahan yang dimiliki Zakariya dan yang ia adukan kepada Allah. Zakariya menjelaskan kepada Allah tentang keadaan dan kelemahannya.

Setiap kali Zakariya mengingat kembali keadaannya dan mengungkapkan harapannya, maka ia akan mengingat apa yang ia khawatirkan dan mengungkapkan keinginannya itu. Zakariya khawatir dengan generasi penerusnya. Zakariya khawatir kalau kalau generasi sesudahnya tidak sanggup memikul warisannya seperti yang ia harapkan, warisan peninggalannya adalah dakwahnya yang selama ini ia pikul. Zakariya merisaukan terhadap mawali sesudahnya dalam mengemban warisan aqidah, warisan misi perjuangan dan membina rumah tangganya sesuai dengan apa yang diridhoi Allah.

Betapapun kesadaran akan ketuannya dan kelemahannya dibarengi dengan kemandulan istrinya. Namun zakariya yakin terhadap kekuasaan Allah. Allah yang menjadikan seorang wanita mandul dan menjadikan laki-laki yang tua renta tidak produktif. Tetapi Allah juga Maha Kuasa untuk memperbaiki dan menghilangkan kemandulan serta memperbaharui kekuatan kesuburan yang terdapat pada seorang laki-laki.

Seolah-olah Zakariya telah menggantungkan rasa harapan yang sudah memuncak dengan pengabulan doa yang dekat. Akhirnya harapan itu menuai hasil nyata.

Zakariya mendambakan seorang anak sebagai penerus yang akan memegang kendali tarbiyah dan menyiapkan untuk mewarisinya dan melanjutkan juga kekhalifahannya. Seorang anak yang akan tandang kegelanggang perjuangan menegakkan dan menjujung tinggi agama Islam walau hanya seorang.



DIMANAKAH SAAT INI KITA TEMUKAN ZAKARIYA-ZAKARIYA BARU



Pewaris Ideologi


يَايَحْيَى خُذِ الْكِتَابِ بِقُوَّةٍ

Hai Yahya Ambillah Kitab itu dengan Sungguh-Sungguh! (Q.S. Maryam/19:12)



Alkitab yang dimaksud disini adalah Taurat kitabnya Bani Israil setelah Musa. Di atas dasar kitab itulah para Nabi mengajarkan dan menegakkan hukum Allah. Yahya telah mewarisi dari bapaknya, Zakariya. Ia diseru untuk memikul amanat serta bangkit dengan kekuatan dan tekad bersama amanahnya. Tidak merasa kecut ataupun mundur selangkah ke belakang dari semua beban-beban warisan tersebut.

Amanah itu disadari oleh pemahaman yang benar terhadap Kitab atau Taurat atau Al-Qur'an. Tanpa pemahaman langkah menuju Dien Allah tidak bisa diwujudkan. Jika bisa, maka ia hanya berada di ruang lingkup yang sempit dan tidak memenuhi kebutuhan masa kini maupun masa mendatang.

Pemahaman itu dibarengi dengan keikhlasan. Amanah tanpa keikhlasan tidak akan diterima oleh Allah, tidak juga dapat bergerak di medan dakwah secara benar. Setelah itu, shaf pun akan terlibas tanpa bekas.

Sikap ikhlas itu bermakna bahwa setiap kota, aktivitas dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata mencari ridha Allah dan pahalaNya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan atau keterbelakangan.


وَءَاتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا


“Dan kami berikan kepada hikmah”. (Q.S. Maryam/19:12)



Kami telah memberikan Al Hikmah, pemahaman terhadap dan ketamakan untuk mengerjakan kebaikan sedang ia masih kecil, belum mencapai umur tujuh tahun.

Allah telah memberikan hikmah saat ia masih kanak-kanak. Ia adalah orang yang diistimewakan dengan bekal itu, sebagaimana ia juga diistimewakan pada nama dan kelahirannya. Sementara hikmah datang menyusul. Akan tetapi Yahya telah dibekali hikmah itu ketika ia masih kanak-kanak.

Seorang remaja (Ibnu Abbas) berkata “Adalah Umar bin Khattab memasukkan aku ke dalam kelompok para tokoh mujahidin Badar, sehingga seolah-olah sebagian dari mereka timbul tanda tanya di hati mereka lalu berkata “Mengapa engkau memasukan dia bersama-sama dengan kami, padahal kami memiliki anak-anak yang seperti dia?”. Umar berkata “Sesungguhnya ia sebagaimana yang kamu sekalian ketahui!”. Pada suatu hari Umar memanggilnya dan memasukkannya ke dalam kelompok mereka. Ia (Ibnu Abbas) berkata “Aku berfikir bahwa ia memanggilku untuk memperlihatkan kepada mereka!, Ia (Umar) berkata “Apakah yang kamu sekalian ketahui tentang ayat” “Apabila telah datang pertolongan-pertolongan Allah dan penaklukan”. Sebagian mereka menjawab “Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan beristighfar kepada Allah jika kita telah ditolong dan diberi kemenangan”. Sementara yang lain diam dan tidak mengatakan sesuatu. Lalu umar berkata kepadaku “Apakah demikian pendapatmu wahai Ibnu”. “Tidak”, ia menjawab, “Apa pendapatmu”. Aku menjawab “Itu adalah ajal Rasulullah SAW yang diberitahukannya kepadanya Ia berfirman “Apabila datang pertolongan Allah dan penaklukan. Itu datang pertolongan Allah dan penaklukan. Itu adalah tanda ajalmu”. Maka sucikanlah nama Tuhanmu dan beristighfarlah kepadaNya, sesungguhnya Ia Maha Penerima Tobat. Umar berkata, “Aku tidak mengetahui darinya selain yang engkau katakan”.


وَحَنَانًا مِّنْلَّدُ نَّا


“Dan rasa belas kasihan yang lain dari sisi Kami”. (Q.S. Maryam/19:13)


Allah memeberikan kepadanya rasa belas kasih sayang sebagai Hibah Ladumiyah pemberian sejak kecil yang tidak susah payah diperoleh dan ia pelajari. Namun itu semua telah diterapkan atasnya dan ia pelajari. Namun itu semua telah diterapkan atasnya dan padanya. Rasa kasih sayang Allah adalah salah satu sifat yang pasti ada pada diri seorang Nabi untuk menjaga diri dan jiwanya. Juga megikatnya dan mengemarkannya kepada kebaikan secara lemah lembut.


“Jadi dengan rahmat Allah itulah engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka”. (Ali Imran 156)


“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, berkasih sayang dan belas kasihan adalah ibarat satu tubuh apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.


وَزَكَواةً

“……dan kesucian”. (Q.S. Maryam/19:13)


Allah juga memberikannya jiwa yang bersih, “iffah” memelihara kesucian jiwa. Kesucian hati dan karakter. Sehingga dengannya ia bisa menghilangkan kotoran-kotoran hati dan noda-noda jiwanya, membersihkan dan mensucikannya.


لِلْفُقَرَآءِ الَّذِيْنَ أُحْصِرُوْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَآءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيْمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُوْنَ النَّاسَ إِلْحَافًا، وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ


‘’ (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui ‘’. (Q.S. Al-Baqarah/2:273)



Yang dimaksud ialah orang-orang yang mewakafkan dirinya untuk jihad sampai mereka tidak dapat berusaha dan ada yang berkata mereka adalah Ash habus Shuffah. Siapa yang mempunyai kelebihan makan dibawakannya makanan itu untuk mereka makan di sore hari. Orang-orang yang tidak mengerti akan keadaan mereka mengira bahwa mereka orang-orang yang berkecukupan disebabkan mereka selalu menjaga kehormatan diri mereka dari meminta-minta, tetapi orang yang melihat mereka dengan teliti akan melihat wajah mereka pucat dan keadaannya menyedihkan dan tidak ada sama sekali diantara mereka yang meminta-minta. Jika ada yang terpaksa meminta maka ia meminta jalan yang halus tanpa mendesak.

Rasulullah SAW berkata “Aku tidak pernah mengingini sesuatu yang biasa dikerjakan oleh orang jahiliyah kecuali dua kali. Tetapi dalam dua kali itu Allah menghalang-halangi antara aku dan apa yang aku ingini. Kemudian aku tidak pernah mengangan-angankan untuk mengerjakan sesuatu yang buruk, sehingga aku memperoleh kehormatan dari Allah untuk menyampaikan risalahNya”.


Pada suatu malam aku berkata kepada seseorang anak dari Quraisy yang menggembala bersama aku di Makkah bagian atas: amat-amatilah kambingku aku akan pergi ke Kota Makkah, aku akan bermain-main bercerita sebagaimana anak-anak muda lainnya. Anak itu berkata “Baiklah akan aku lakukan”. Aku lalu masuk Makkah sehingga ketika aku datang ke rumah yang pertama diantara rumah-rumah di Makkah aku mendengar orang memukul rebana dan meniup seruling. Aku berkata “Apakah ini?”. orang-orang menjawab “Si Fulan anak si Fulan kawin dengan si Fulanah binti fulan”, lalu aku duduk melihat mereka, Allah menutup telingaku dan akupun tertidur tidak ada yang membangunkan temanku dan dia berkata “Apa yang engkau lakukan?”, aku menjawab “Aku tidak berbuat apa-apa”, kemudian aku ceritakan kepadanya tentang keadaanku semalam itu.


Pada malam lainnya aku berkata lagi kepada temanku seperti pada malam yang pertama, dia berkata: aku akan melakukannya. Lalu aku masuk Makkah dan akupun mendengar seperti apa yang kudengar pada malam pertama. Akupun duduk pula dan Allah menutup telingaku dan aku tertidur. Demi Allah tidak ada yang membangunkan aku kecuali terik panas matahari.


Aku pulang kepada temanku dan ceritakan pula tentang keadaanku semalam. Setelah itu aku tidak berkeinginan lagi untuk berbuat sesuatu yang buruk sehingga aku memperoleh kehormatan dari Allah untuk menyampaikan RisalahNya


وَتَقِيًّا


Yakni kontak dengan Allah, dekat denganNya merasa selalu di muroqobah, takut dan merasakan pengawasanNya dikala sepi dan ketika bermunajat kepadaNya.

Jika iman sudah bersemayam mantap dan kokoh di dalam hati seseorang ia membuahkan rasa cinta kepada amal kebaikan dan rasa benci terhadap segala maksiat dan kejahatan, sehingga ia melakukan segala amal kebaikan dengan rasa puas dan gembira dan memandang maksiat dan kemungkaran dengan rasa jijik.



وَعْلَمُوْآ أَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلُ اللهِ، لَوْ يُطِيْعُكُمْ فيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَـاكِنَّ اللهَ حَبَّبَ إلَيْكُمُ الْإِيْمـَانَ وَزَيَّنَهُ, فِي قُلُو بِكُمْ وَكَرَّهَ إليْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ والْعِصْيَانَ، أُوْلَـآءِكَ هُمُ الرَّا شِدُوْنَ


“Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”.(Q.S. Al-Hujuraat: 7)


وَبَرًّابِوَا لِدَيْهِ


Banyak bukti berbuat kebaikan dan tunduk kepada kedua orang tua, di samping jauh dari berlaku durhaka kepada duanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan. Allah telah meletakkan langsung di bawah martabat ketaatan kepadaNya.


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-ibu bapakmu d sebaik-baiknya”.

Dia menyombongkan diri kepada manusia, tetapi bersikap lemah lembut dan merendahkan diri kepada mereka. Allah memerintahkan kepada NabiNya Muhammad untuk bersikap seperti ini, di dalam firmanNya:


“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mngikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”.


Itulah bekal yang diberikan Allah kepada Yahya selaku Pewaris Ideologi di saat ia masih kanak-kanak untuk meneruskan estafet jihad yang telah dilakukan ayahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar