Carilah Ilmu Dari Sekarang Sampai Selanjutnya....???

Forum Diskusi

Forum Diskusi

Senin, 15 Maret 2010

ideologi muhammadiyah

BAB I

PENDAHULUAN

Ideologi adalah sebagai sistem paham, menurut kamus besar bahasa indonesia (1995:366) ialah 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujan untuk kelangsungan hidup, 2) cara berfikir seorang atau suatu golongan, 3) paham, teori, dan tujuan yang berpadu merupakan suatu kesatuan program sosial politik.

Ideologi adalah sistem paham atau seperangkat pemikiran yang menyeluruh, yang bercita-cita menjelaskan dunia dan sekaligus mengubahnya (riberu, 1986:4). Sedangkan Shariati (1982:146) mengartikan ideologi sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita-cita yang dianut oleh kelompok tertentu, kelas sosial tertentu, atau suatu bangsa dan ras tertentu. Jadi ideologi dapat dikatakan sebagai sistem paham mengenai dunia yang mengandung teori perjuangan dan dianut kuat oleh para pengikutnya menuju cita-cita sosial tertentu dalam kehidupan.

Ideologi sebagai suatu sistem paham mengandung unsur-unsur : a) pandangan yang komprehensif tentang manusia, dunia dan alam semesta dalam kehidupan; b) rencana penataan sosial politik berdasarkan paham tersebut; c) kesadaran dan pencanangan dalam bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan paham dan rencana dari ideologi tersebut; d) usaha mengarahkan masyarakat untuk menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas dan keterlibatan para pengikutnya; dan e) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader dan masa yang akan menjadi pendukung ideologi tersebut (Riberu, 1986:5).

Pada awal kelahirannya di akhir abad ke-19 banyak bermunculan ideologi, seperti ideologi klasik yang berpaham Marxisme, Komunisme, Sosialisme, Liberalisme, Kapitalisme, Nasionalisme, dan juga ideologi kontemporer yang berpaham feminisme, pluralisme, dan posmodernisme.

Dalam hal ini Islam juga memiliki ideologi yang berbasis agama, memiliki akar pada teologi dari agama Islam yang dikenal dengan ideologi Islam, yang memiliki keterkaitan dengan karakter Islam sebagai agama. Ideologi Islam berbeda dengan ideologi Marxisme, sosialisme dan kapitalisme, maupun ideologi lainnya yang tidak memiliki basis theologis. Pandangan tentang persaudaraan, kebebasan, kesamaan, kemanusiaan, dan relasi-relasi sosial dalam ideologi islam memiliki basis pada pandangan filosofis dalam teologi islam, sehingga memiliki pijakan yang kokoh.

Kemudian dalam hal gerakan Islam, Muhammadiyah sebagai pijakan yang kokoh untuk membangun sebuah ideologi.

BAB II

PEMBAHASAN

a. Sejarah Muhammadiyah

Munculnya Muhammadiyah merupakan sebagai gerakan social keagamaan dalam social budaya waktu itu merupakan “eksperimen sejarah” yang cukup spektakuler. Menurut kacamata sosiologi agama, Muhammadiyah pada awal berdirinya merupakan suatu “gerakan sempalan” organisasi keagamaan, tetapi memberikan konotasi yang bagus, bukan sekedar tampil beda dan beberapa kemudian hilang ditelan masa. Banyak gerakan sempalan keagamaan kontemporer yang tidak berumur panjang cenderung agak neko-neko, tapi Muhammadiyah terus berusia panjang bahkan amal usahnya terus bertambah. (M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural)

Pada waktu itu, Muhammadiyah menghadapi tiga front yaitu; modernisme dari kolonialisme Belanda, tradisonalisme dan jawaisme. Modernisme dijawab oleh KH. Ahmad Dahlan dengan mendirikan sekolah-sekolah, kepanduan, voluntary association. Sedangkan untuk jawaban terhadap permasalahan jawaisme dan tradisonalisme langkah yang telah diambil oleh KH. Ahmad Dahlan. Pertama, terhadap tradisionalisme KH. Ahmad Dahlan dengan menggunakan metode tabligh (menyampaikan) dengan mengunjungi murid-muridnya , lebih dari pada menunggu mereka datang. Padahal pada waktu itu, guru mencari murid adalah persoalan aib social-budaya. Tetapi yang sebenarnya sosok KH. Ahmad Dahlan pantas didatangi oleh murid-muridnya dikarenakan kecakapan dan kemampuannya dalam bidang agama, dan sudah berhak ia untuk didatangi oleh murid-muridnya. Dalam sejarahnya yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan ia mengajari anak-anak perempuan di Solo, kemudian dalam surat kabar 8 September 1915 ia mengantarkan murid-muridnya untuk berekreasi di taman Sri Wedari. Tabligh pada waktu itu merupakan perbuatan yang luar biasa, dikarenakan setidaknya tabligh yang ia lakukan memiliki dua implikasi yaitu perlawanan langsung terhadap idolatry (pemujuaan tokoh) ulama dan perlawanan langsung terhadap mistifikasi agama. Kedudukan ulama saat itu, sangat tinggi dikarenakan menjadi mediator antara manusia dengan Tuhan, menjadi elit dalam masyarakat dan guru dalam menyampaikan agama.

Kedua, dalam menghadapi Jawaisme KH. Ahmad Dahlan menggunakan metode positive action (dengan mengedepankan amar ma’ruf) dan tidak secara frontal meyerangnya (nahi munkar). Dalam Swara Muhammadiyah tahun 1915 dalam artikel yang menerangkan macam-macam solat sunah, ia menyebutkan bahwa keberuntungan semata-mata karena kehendak Tuhan dan solat sunah merupakan salah satu jalan untuk meraihnya. Ia menrangkan bahwa keberuntungan tidak disebabkan oleh pesugihan (jimat kaya), meminta di kuburan keramant, dan memelihara tuyul. Ini meruapakan upaya demitologisasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dikarenakan penolakannya terhadap mitos. (Kuntowijoyo, Jalan Baru Muhammadiyah)

Praktik pembaharuan yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, adalah pembenahan arah kiblat yang dalam umat Islam yang seringkali keliru, keinginan yang kuat dari KH. Ahmad Dahlan untuk membenarkan arah kiblat pada masjid kasultanan tetapi ditetangkeras. Untuk membuktikan kebenaran pendapatnya ia mendirikan surau dengan ketepatan arah kiblatnya, tetapi dalam usahanya ditentang oleh KH. Muhammad Halil dan mengancam mau dirobohkan. Melihat kondisi tersebut KH. Ahmad Dahlan mau hijrah dari kampungnya tetapi tidak diperkenankan oleh keluarga dan keluarga menjanjikan bahwa surau yang ia dirikan tidak akan dirubuhkan. Dengan janji tersebut maka KH. Ahmad Dahlan tidak jadi meninggalkan kampungya (Ahmad Taufik dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam).

Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan dalam kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan kondisi social budaya yang melingkupinya. Maka Muhammadiyah membentuk sebuah ideologi gerakan Islam.

b. Muhammadiyah sebagai sebuah Ideologi Gerakan Islam

Muhammadiyah sebagai gerakan islam baik karena alasan substansi yang merujuk pada ajaran islam yang multi aspek maupun pada pengalaman dan pergumulan hidup bersama kekuatan lain di pentas sejarah, telah menyentuh aspek ideologis dalam gerakannya bahkan sampai batas tertentu menjadi suatu ideologi gerakan tersendiri, yaitu ideologi gerakan islam yang kaum modernis. Bagi umat Islam khususnya Muhammadiyah ideologi hanyalah salah satu aspek kehidupan yang jika ingin dikembangkan merupakan bagian dari pilar sistem muslim, yang tumbuh bersama pilar-pilar lainnya seperti akhlak, ilmu pengetahuan, dll.

Dalam konteks Muhammadiyah ideologi dapat dipahami sebagai sistem pemikiran dan teori perjuangan untuk mengiplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui suatu sistem gerakan yang bernama persyarikatan. Dalam Muhammadiyah ideologi dapat ditempatkan sebagai salah satu dimensi dari sistem gerakan, bukan merupakan sistem paham tersendiri, sehingga lebih merupakan dimensi ideologis dalam sistem gerakan Muhammadiyah. Bahkan konsep organisasi pun dalam Muhammadiyah tidaklah semata-mata instrumen administratif dan birokrasi, tetapi mengandung muatan-muatan nilai dan norma Islam, sehingga lebih bercorak organisasi gerakan Islam. Karena rujukan dasarnya ialah Islam, maka ideologi gerakan Muhammadiyah tidak bersifat dogmatik dan eksklusif yang harus diikuti secara taklid-buta, sehingga tetap memiliki watak yang terbuka. Dalam Muahammadiyah apa yang disebut ideologi gerakan lebih merupakan dimensi ideologis dari sistem gerakan dalam Muhammadiyah yang menuntut komitmen dan solidaritas kolektif yang kuat untuk mencapai cita-cita atau tujuan Muhammadiyah.

Ideologi atau keyakinan hidup Muhammadiyah yang dirumuskan oleh seksi tajdid mencakup tiga aspek fudamental yaitu "pandangan hidup, tujuan hidup, dan ajaran serta cara yang dipergunakan untuk melaksanakan pandangan hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut". Ideologi/keyakinan hidup Muhammadiyah adalah berdasarkan dan bersumber pada ajaran-ajaran Islam. Adapun dalam prinsip fundamental yang diusung Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Muhammadiyah merupakan gerakan islam yang meyakini dengan sepenuh hati bahwa Islam sebagai satu-satunya agama Allah yang benar bersumber pada al-Quran dan Assunnah, serta mengemban misi risalah Islam.

2. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam mempunyai maksu dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam melalui sistem da'wah dan organisasi untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenarnya, yakni mayarakat utama yang diridhai Allah SWT dalam wujud Khoiru Ummah dan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.

3. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mencapai maksud, tujuan, dan cita-citanya diwujudkan dan diaktualisasikan dengan jalan melaksanakan Dakwah Islam yang membawa seruan untuk beriman, amar ma'ruf, dan nahi mungkar yang berwatak tajdid baik yang bersifat pemurnian (purifikasi, revivalisasi) maupun pembaharuan (reformasi, dinamisasi, transformasi).

4. Muhammadiyah sebagi gerakan islam dalam membangun kehidupan yang dicita-citakan (membentuk masyarakat Islam-masyarakat utama yang khairu ummah) senantiasa mendasarkan diri pada pandangan dunia yang memiliki orientasi habluminallah dan habluminannas secara integratif baik dalam lingkup kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat.

5. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam di Indonesia dengan tekad mengemban misi dakwah Islam untuk kemajuan dan keselamatan hidup umat dan masyarakat di dunia dan akhirat.

6. Pencapaian tujuan Muhammadiyah dilakukan secara terus-menerus dan ditempuh melalui sistem organisasi yang merupakan satu teori dan strategi gerakan yang utuh dan solid.

7. Pencapaian tujuan dengan sistem organisasi bagi muhammadiyah hanya akan berhasil apabila mampu melakukan pembinaan anggota sebagai subjek da'wah secara terorganisasi yang membentuk satu kesatuan jama'ah dan jam'iyah di bawah imamah yang kokoh.

8. Dengan sistem gerakan yang terorganisasi secara permanen dan memiliki nilai-nilai fundamental itu, Muhammadiyah senantiasa menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah dan ishlah dengan tetap istiqamah dalam menunaikan da'wah untuk terciptanya rahmatan lil-'alamin dalam kehidupan umat, masyarakat, bangsa, dan dunia kemanusiaan.

Substansi dan orientasi ideologis dari gerakan Muhammadiyah sebagaimana dipaparkan itu terkait dengan visi dan misi Muhammadiyah sebagaimana menjadi rumusan baku bagi Muhammadiyah sebagaimana dikukuhkan dalam keputusan muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.

BAB III

PENUTUP

Ideologi sebagai sistem paham yang menyeluruh mengenai dunia dan berusaha untuk mengubahnya melalui berbagai gerakan perjuangan sosial-politik merupakan bagian tidak terpisahkan dari sejarah hidup umat manusia, kendati para era akhir abad 20 dan awal abad ke-21 mulai tumbuh pandangan negative dan bahkan asumsi tentang akhir dari era ideologi. Dalam prakteknya, ideologi senantiasa hadir dan mempengaruhi alam pikiran umat manuia, lebih-lebih melalui gerakan-gerakan sosial-politik dalam berbagai bentuk dan aksi. Tidak ada gerakan-gerakan sosial-politik yang bebas sepenuhnya dari ideologi, lebih-lebih yang memiliki kaitan langsung dengan akar ideologi.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam baik dalam dimensi ajaran Islam sendiri maupun sejarah umat islam yang dilaluinya, memiliki persentuhan dengan ideologi Islam, kendati dalam sejumlah hal mungkin dapat menimbulkan pro dan kontra. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial-keagamaan, lebih-lebih ketika masuk kearea dunia politik, sedikit atau banyak bersentuhan dengan ideologi dan hingga batas tertentu memiliki elemen-elemen sistem ideologis. Muhammadiyah dalam perkembangannya bahkan memiliki format pemikiran ideologis sebagaimana dirujuk pada konsep muqaddimah anggaran dasar muhammadiyah serta matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah

DAFTAR PUSTAKA

Nashir, Haedar. 2001. Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah

Riberu, J. Dkk. 1986. Menguak Mitos-Mitos Pembangunan : telaah etis dan kritis. Jakarta : Gramedia

Pasha, Mustofa Kamal dan Darban, Ahmad Adaby. 2000. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam ; dalam perspektif Historis Ideologis. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam ( LPPI).

Artikel jurnal online

Sani. 2007. Realitas Muhammadiyah; Bercermin pada Pendiri Muhammadiyah. Jurnal Muhammadiyah (online). http://halimsani.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Mei 2009 pukul 21:55 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar